Pages

Tuesday, October 7, 2014

Amandel Kambuh Dibarengi Sakit Kepala, Apakah Berbahaya?

Amandel saya kambuh tapi yang kali ini sakit banget tambah dibarengi sama meriang, batuk, flu dan sakit kepala. Apakah berbahaya? Terimakasih.

Amy Ady (Pria lajang, 25 tahun)
amyady75XXXXXX@gmail.com
Tinggi badan 167 cm, berat badan 59 kg

Jawaban

Dear saudara Amy Ady yang baik hatinya, terimakasih atas kepercayaannya kepada kami. Langsung saja kita menuju ke pokok permasalahan, ya.

Radang amandel (tonsilitis) adalah suatu keadaan saat kelenjar limfe yang ada di tenggorokan membengkak atau meradang. Kelenjar limfe ini ibarat prajurit. Musuhnya banyak sekali, misalnya: bakteri, virus, jamur. Riset membuktikan kalau bakteri yang terbanyak adalah dari genus (golongan) streptokokus, gonokokus, diplokokus, pneumokokus, dan Haemophilus influenzae. Serangan bakteri Haemophilus influenzae ini sungguh dahsyat dan berat, karena dapat mengakibatkan amandel bernanah (tonsilitis akut supuratif).

Bakteri ini bisa dari golongan gram-positive aerobes serta gram-negative anaerobes. Beragam kelompok bakteri ini dapat berinteraksi secara sinergis, sehingga meningkatkan dan memperpanjang virulensi (masa berlangsungnya infeksi). Tampaknya peran bakteri anerob berperan signifikan di dalam menjadi penyebab kambuhnya tonsilitis.

Untuk virus, terbanyak berasal dari golongan parainfluenza dan adenovirus. Sedangkan jamur, jenis kandida dan aktinomises paling sering menyebabkan amendel meradang. Keberanekaragaman inilah yang menyebabkan tonsilitis berpeluang untuk menjadi menahun (chronic) dan kambuh/berulang (recurrent).

Potret Klinis
Tonsilitis umumnya menyerang anak-anak berusia 5-10 tahun, namun bisa juga menyerang orang dewasa. Awalnya penderita mengeluh kerongkongannya terasa kering. Lalu perlahan menjadi nyeri (nyeri di kerongkongan dan nyeri untuk menelan).

Pada kasus amandel yang telah menahun (tonsilitis kronis), maka selain nyeri saat menelan, nyeri di kerongkongan, juga terkadang merasa ada benda asing di tenggorokan, nafas (mulut) berbau (halitosis). Dapat disertai lemah, selera makan turun, dan sakit kepala. Pada pemeriksaan fisik, dokter akan menjumpai pembesaran tonsil (amandel), detritus positif pada penekanan, arkus tonsillaris anterior-posterior berwarna merah, criple melebar. Kelenjar submandibula (dapat pula) membesar/membengkak. Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan biasanya adalah darah rutin.

Diagnosis Banding
Akibat perlawanan yang hebat dari prajurit tadi, maka beberapa bakteri dapat mati. Nah, bakteri yang mati, epitel amandel yang lepas, dan sel darah putih (leukosit) jenis polimorfonuklear ini membentuk disebut kotoran putih atau bercak kuning yang di dalam medis disebut detritus.

Keberadaan pseudomembran (selaput semu) akibat detritus ini menyebabkan ada penyakit lain yang mirip tonsilitis akut, seperti: tonsilitis difteri, angina Plaut Vincent, angina agranulositosis, dan demam skarlet. Tugas dokterlah di dalam menyingkirkan diagnosis banding ini, sebelum akhirnya menegakkan diagnosis.

Solusi
Sebenarnya amandel karena virus berpotensi untuk sembuh sendiri. Namun bila virus telah menyebar melalui pembuluh darah (viremia) dan daya tahan tubuh sedang lemah, maka sangat berpotensi menjadi lebih parah, seperti: amandel bengkak dan bertambah besar (hiperplasi tonsil), terjadi pernanahan dan luka di tenggorokan (ulserasi dan abses parafaring). Hal ini berpotensi mempengaruhi saraf IX dan X, sehingga muncullah nyeri telan dan nyeri tekan di kerongkongan serta nyeri di telinga (otalgia). Akibat lain bisa menurunkan selera makan, menurunnya kadar gula di dalam aliran darah (hipoglikemia), tubuh menjadi lemas dan kurang tenaga. Penyebaran infeksi virus ini juga berpotensi menyerang hidung. Akibatnya, mukosa (selaput lendir) hidung menjadi radang, lendir bertambah, sehingga hidung menjadi tersumbat. Komplikasi lain dapat menjalar ke jantung.

Amandel karena bakteri dan jamur dapat diatasi dengan pemberian antimicrobial atau antibiotik yang sesuai. Lozenges (tablet hisap) dan antiseptik hanya meredakan dan bukan terapi utama.

Jadi, solusinya dibagi menjadi dua macam, yaitu secara konservatif dan operatif. Konservatif yaitu dengan menghilangkan gejala dan pemberian obat (analgetik, antipiretik, obat kumur, antibiotik spektrum luas sesuai indikasi).

Sebelum memberikan obat antibiotik, dokter akan melakukan sistim penilaian (scoring) McIsaac. Pada kasus tonsilofaringitis bakterialis, maka pilihan antibiotik yang dapat diberikan antara lain: penisilin (10 hari). Bila dijumpai alergi terhadap penisilin, maka dapat diberikan amoksisilin (6 hari), sefalosporin (4-5 hari), klaritromisin (5 hari). Yang perlu diingat dan diperhatikan adalah antibiotik tidak perlu diberikan pada anak dengan tonsilofaringitis bila tidak didapatkan kuman atau tidak sesuai dengan kriteria klinik untuk infeksi bakteri.

Pada anak-anak, terapi kasus amandel atau radang tenggorokan akibat bakteri streptokokus (streptococcal tonsillitis/pharyngitis) dengan antibiotik diikuti rekolonisasi dengan obat golongan alpha-streptococci dapat menghindari kekambuhan.

Strategi konservatif ini perlu disertai dengan istirahat, diet makanan lunak, menghindari semua yang digoreng serta sebisa mungkin tidak pedas. Adapun tindakan pembedahan (operatif) yaitu dengan pengangkatan amandel (tonsilektomi).

Sebelum melakukan tonsilektomi (operasi amandel), dokter akan mempertimbangkan banyak faktor, seperti: urgensi, tingkat keparahan, usia, biaya, komplikasi, dan yang tak kalah penting adalah beragam faktor penyulit yang berpotensi menghambat atau bahkan “mengganggu operasi”. Faktor penyulit ini misalnya: karena berbagai macam penyakit, seperti: infeksi leher bagian dalam, radang telinga bagian tengah (otitis media), radang rongga hidung (sinusitis paranasal), bahkan perluasan penyakit hingga ke organ-organ ginjal, jantung, dan persendian. Penyulit lainnya adalah perdarahan dan adanya pnemonia aspirasi.

Bila operasi sukses tanpa komplikasi, maka diperkirakan tiga hari boleh pulang. Masa pemulihan penderita maksimum adalah sepuluh hari. Mayoritas kasus amandel sembuh total. Namun bila ada keganasan (kanker), maka perlu dilakukan biopsi (pemeriksaan patologi anatomi) untuk menentukan ganas atau jinak.

Pada kasus Anda, amandel yang kambuh disertai rasa sakityang bertambah, meriang, batuk, flu dan sakit kepala, maka hendaklah segera diperiksakan ke dokter umum atau dokter keluarga. Pertimbangan perlu tidaknya dioperasi, dapat langsung ditanyakan, mengingat perlu pemeriksaan lebih lanjut. Dengan penatalaksanaan yang komprehensif dan paripurna, maka amandel tentu tak lagi membandel.

Demikian penjelasan ini, semoga memberikan solusi.

Salam sehat dan sukses selalu.

Dito Anurogo

No comments: