Pages

Monday, June 1, 2009

Cairan di Rahim dan Laparoskopi

dear dokter,

dok..sy (28thn) suami (32thn) sudah menikah 5thn, pada thn pertama sy hamil tp pd kehamilan 6 bln jalan, perut sy kontraksi, demam.akhirnya bayi nya keluar dan meninggal. sejak itu saya tidak hamil2 lagi.

sy rutin papmear tapi semua baik,terakhir sy hsg hasil baik.tapi sblm hsg sy periksa ada cairan di rahim.memang sy sering keputihan tp sekarang puji tuhan sudah sembuh.

d0kter menganjurkan laparoskopi.

pertanyaan :

> cairan itu apa membahayakan?(pd sblm hamil yg menyebabkan susah hamil atau sedang hamil)
kt dr disebabkan dr infeksi keputihan.
> sebenarnya cairan itu apa (pelengketan)? haruskah di laporaskopi?
> bagaimana pengobatannya?

mohon penjelasannya.

sebelumnya sy ucapkan terima kasih pada dokter dan mer-c yang memberikan kesempatan untuk bertanya. semoga pertanyaan sy jg berguna bagi orang yg membaca.

tks,
-Linda-

Jawaban:
Ibu Linda, Terima kasih atas pertanyaannya.
Hanya dengan informasi yang Ibu berikan, sulit rasanya untuk dapat memastikan apa sebenarnya cairan itu. Secara normal, memang terdapat cairan dalam rahim dalam jumlah relatif sedikit yang berfungsi untuk membantu perpindahan sel telur. Saat menjelang haid, biasanya jumlah cairan ini lebih banyak dan dikeluarkan melalui kemaluan dalam bentuk keputihan. Ciri keputihan yang masih dianggap normal ini berupa cairan yang jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan jumlahnya tidak banyak, keluar di sekitar waktu haid (beberapa hari sebelum dan mungkin sesudah haid). Bila keputihan yang Ibu alami berbau, berwarna (kekuningan, kehijauan, atau seperti susu), kemungkinan besar terdapat infeksi di organ dalam kewanitaan Ibu. Hal ini memang dapat mengganggu kesuburan. Perlengketan pada organ dalam kewanitaan dapat terjadi pada infeksi yang kronis. Keputihan hanya merupakan salah satu gejala adanya infeksi, namun pada sebagian dari kasus infeksi tidak bergejala. Adanya perlengketan di organ dalam ini juga dapat mengganggu kesuburan. Infeksi pada organ ini dapat diatasi dengan pemberian antibiotik.
Laparoskopi merupakan salah satu cara yang relatif mudah dan memiliki risiko yang minimal dalam mencari tahu penyebab ketidaksuburan pada seorang wanita. Selain sebagai metode diagnostik, laparoskopi juga dapat berperan sebagai terapi. Jika ditemukan kelainan, dokter pemeriksa dapat melakukan tindakan yang sesuai yang mungkin dapat mengatasi masalah pada organ tersebut. Laparoskopi merupakan prosedur standar dalam tata laksana pasien dengan masalah kesuburan. Dokter tidak dapat mengharuskan suatu tindakan untuk dilakukan, namun dokter dapat menganjurkan dilakukannya tindakan tersebut dengan memaparkan alasan mengapa tindakan tersebut dilakukan. Dengan laparoskopi, dokter dapat melihat langsung (menggunakan kamera kecil) kelaianan organik pada organ dalam kewanitaan Ibu, Berdasarkan data ini, dokter yang merawat akan memiliki dasar untuk melakukan terapi selanjutnya. Sebaiknya Ibu diskusikan masalah ini bersama dokter yang memeriksa serta suami untuk dapat memutuskan tindakan yang terbaik.
Semoga informasi ini dapat membantu Ibu
(Dr. Ina Ariani Kirana Masna )

1 comment:

Anonymous said...

Untuk usia diatas 50th dengan kondisi haid yg tidak lancar apakah cairan tersebut masih tergolong normal...?